Cara Menghadapi Kegagalan Hidup

Daftar Isi


Jika dibandingkan dengan negara seperti Jepang atau Korea Selatan, tingkat bunuh diri di Indonesia lebih rendah.  

Di Jepang, kegagalan terhadap sebuah tanggung jawab bisa membuat orang tersebut depresi lalu mundur dari posisinya, dan yang paling ekstrem adalah bunuh diri. Bahkan dari sebuah utas di twitter, saya membaca bahwa perkeretaapian Jepang seringkali terlambat karena harus membersihkan tubuh orang yang menabrakkan diri ke kereta cepat. Hiiy. 

Sedangkan di Korea Selatan, kasus mengakhiri hidup marak terjadi karena tekanan kerasnya kehidupan dan kesulitan sosial ekonomi. Pada usia remaja atau pesohor bahkan tak jarang karena kasus bullying. 

Di Indonesia sendiri, kita patut bersyukur, angka kejadian bunuh diri tidaklah sebesar Jepang dan Korea. Apakah karena masyarakat kita telah memahami dan menerapkan filosofi stoic dalam menghadapi kegagalan hidup? 

Istilah stoic memang terasa asing. Tapi mungkin saja selama ini kita sering menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Stoic adalah sebuah aliran pada masa Yunani kuno. Ia dicetuskan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke 3 sebelum masehi. 

Ajaran yang terkandung dalam stoic sangatlah luas tapi intinya adalah seputar logika dan etika. 

Secara singkat, Stoic adalah pemahaman agar manusia menciptakan kebahagiaan nyata dalam hidupnya. Caranya adalah dengan menyadari atau fokus bahwa banyak yang tidak bisa manusia kendalikan dalam hidup. 

Di dalam ideologi Stoic, dalam hidup ini semua yang terjadi adalah netral, namun perasaan manusia lah yang menilai hal tersebut positif atau negatif. 

Setelah sedikit mempelajari mengenai Stoikisme, rupanya filosofi stoic dapat kita terapkan untuk menghadapi kegagalan supaya tidak berlarut-larut tenggelam dalam rasa sedih dan kembali meraih kebahagiaan. 

1. Akui emosi yang muncul dari dalam diri
Manusia cenderung menyalahkan faktor eksternal ketimbang menyadari bahwa konflik sebenarnya dimulai dari diri sendiri. 

Cobalah jujur bahwa emosi muncul karena perasaan dan pikiran sendiri bukan karena faktor pekerjaan, sekolah, keluarga, dll. 

2. Mengatur waktu lebih baik
Waktu merupakan aset terbesar bagi manusia. Membuang waktu atau menunda pekerjaan merupakan hal yang sia-sia karena meski baru beberapa detik lalu, apa yang terjadi tidak dapat dibenahi kembali. 

Gunakanlah waktu sebaik mungkin pada hal-hal yang berguna. 

3. Pahami dan latih dikotomi kendali
Dikotomi kendali adalah memisahkan apa saja hal-hal yang bisa dikendalikan dan tidak bisa manusia kendalikan. 

Dikotomi kendali ini dapat menghindarkan kita dari mengeluarkan emosi yang tidak perlu dan menjadi lebih bahagia. 

4. Latih fokus meski ada gangguan

Dalam hidup ini kita harus menyadari memang ada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menyadari bahwa memang ada beberapa hal yang tidak bisa dikendalikan. 

Dengan berfokus pada apa yang bisa kita dikendalikan, semoga manusia dapat menghadapi dan mengatasi kegagalan yang menerpanya. 

Posting Komentar

Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Intellifluence Herd Worth Value: $97 Intellifluence Trusted Blogger Link Banner Link Banner Link Banner Seedbacklink