Usaha Sambal Homemade Yang Ga Ada Matinya
Daftar Isi
Ada yang kenal nama Indah Adiati atau akrab disapa Iin? Atau mungkin Yoyok Hery Wahyono? Duh sapa sih itu, ga kenal semua cyiin. Eh, tapi kalau saya menyebut merek, Sambel Oedel dan Warung Spesial Sambal, pasti jadi engga ga begitu asing kan.
Sambel Oedel adalah merek sambal buatan industri rumah tangga yang ada di Semarang. Awalnya mba Iin, sang pemilik cuma bermodalkan uang 500 ribu untuk memulai usaha. Kemudia beliau belanja keperluan pembuatan sambal, meracik resep berdua dengan adiknya yang bekerja sebagai chef di kapal pesiar hingga terciptalah sambal Oedel yang sekarang laris manis dijual reseller baik online maupun offline.
Kisah Yoyok Hery Wahyono juga ga kalah inspiratif, memulai usaha warung makanan yang menjual berbagai macam sambal pada 2002 di samping Gedung Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada, Warung Sepesial Sambal atau populer disingkat SS hanya berkonsep tenda, tapi sekarang puluhan gerai sudah tersedia di banyak kota. Di Semarang sendiri ada banyak warung SS, dan setau saya ga ada satupun yang sepi.
Pemilik Sambal Oedel dan dagangannya |
Sebagai penggemar sambal, saya juga punya cita-cita jadi juragan sambal botolan buatan sendiri. Ada beberapa alasan kenapa saya memilih usaha seperti ini ketimbang melanjutkan jualan perlengkapan bayi seperti bisnis saya dahulu,
1.Modal Minim
Dari berbagai kisah sukses jualan sambal, sebagian besar memulainya dengan modal
2. Bahan baku beragam
Enaknya bikin sambal adalah ga terpancang di satu bahan baku aja. Buktinya sekarang banyak varian sambal yang dijual di toko offline maupun online. Sebut saja sambal terasi, sambal bawang, sambal teri, sambal tuna, sambal tempe, sambal pete, sambal jengkol, sambal roa, sambal cumi, sambal peda, sambal udang dan masih banyak lagi. Semua varian pasti punya penggemarnya masing-masing dan meski banyak penjual nawarin varian yang sama, ga mungkin hasilnya bisa sama persis.
3. Bisa dimulai dari rumah
Namanya juga usaha rumahan, ya pasti buatnya di rumah. tapi sambal ini ga perlu tempat yang bener-bener luas. Area dapur yang tiap hari buat masak pun bisa jadi tempat produksi. Dan kalau memang modal belum terkumpul untuk beli alat produksi modern, pakai aja alat-alat yang sudah ada seperti cobek atau blender untuk menghaluskan bahan, wajan untuk memasak sambal dan dandang buat sterilin botol kaca.
4. Ga harus habis dalam 1 hari
Berbeda dengan membuka warung makan yang hasil masakannya harus habis dalam satu hari yang sama kalau ngga bisa basi, produk sambal bisa disimpan buat dijual keesokan harinya, tentunya dengan teknik memasak dan sterilisasi yang benar maka sambal yang dihasilkan bisa awet seminggu bahkan sebulan.
5. Sistem Penjualan yang Fleksibel
Karena produknya ga harus habis dalam sehari, tentunya bisa dijual baik sistem langsung maupun melalui pengiriman. Jadi konsumennya ga harus datang ke rumah atau kita ga perlu menjual door to door atau titip di warung tetangga, tapi bisa dijual secara online lewat marketplace seperti Tokopedia, Elevenia dll. Otomatis peluangnya jadi lebih luas dan bisa dapat pelanggan dari seluruh Indonesia.
Cita-cita jualan sambal sebenarnya sudah saya bangun dari awal tahun 2017 ini dan sempat saya buat tester untuk dicobakan ke teman-teman. Mereka bilang sih oke dan enak. Bahkan saya juga sudah pesan desain label stiker ke percetakan. Tapi dalam perjalanan ini saya masih terkendala soal sterilisasi botol dan bagaimana membuat sambal yang awet lebih dari 3 hari.
Alasan lainnya, ternyata sekarang saya malah nyaman nulis dan ngeblogging aja. Haha itumah dasar males. Soalnya lama-lama di dapur juga diprotes si kecil yang minta ditemenin mainan.
Mungkin nanti deh kalau Aito sudah lebih besar dan bisa mengerti keinginan emaknya ini, dia pasti mendukung. Jadi gitu mba Nanik pemilik www.muslifaaseani.com dan mba Wahyu Widya pemilik www.awanhero.com bisnis rumahan impian yang pengen banget saya punya tapi belum terlaksana sepenuhnya.
Mohon maaf yang memasukkan link hidup dihapus otomatis ya.
Salam Blogging!
Aamiin.
Tampiasih dari Lombok.