Merasakan Sensasi Dingin Menusuk Tulang di Telaga Sarangan
Daftar Isi
Punya suami berjiwa supir itu asyeeek. Serius loh, suami saya kalau dalam setahun ga pernah nyetir luar kota bisa kumat uring-uringan ga jelasnya. Wkwkwk kenapa ga jadi supir travel aja pak. Ups, jangan dink, ntar jarang di rumah gantian aku yang mewek :P
Jadilah kami sekeluarga pergi ke telaga Sarangan yang letaknya di kabupaten Magetan, Jawa Timur, dengan rute lewat kota Solo. Jalur masuk ke telaga Sarangan butuh kondisi mobil yang prima karena berkelok-kelok dengan tanjakan-turunan yang cukup panjang. Sebaiknya cek dan optimasi kendaraan sebelum berangkat ke sana.
On Location
Saya tergolong makhluk hidup yang terlalu banyak menghabiskan waktu di dataran rendah. Seperti Semarang yang notabene panas, berdebu, dan super sumuk membuat saya gak punya pakaian khusus musim dingin atau cuaca dingin ekstrem macam turtleneck top atau knit sweater. Lah, wong seumur-umur butuh jaket super tebal ya pas hamil muda (karena hormon bikin saya kedinginan dan tidur harus pake jaket sampai usia janin 4-5 bulan), selain itu ya semua pakaian harus berbahan katun yang menyerap keringat dan nyaman dipakai. Akibatnya meski sudah pakai baju paling tebal dilapisi jaket, berkaos kaki dan bersarung tangan, angin dingin berhasil membuat keok lapisan-lapisan lemak di tubuh saya.
Where to sleep
Untuk urusan penginapan, kami memilih hotel persis di depan telaga, namanya hotel Merah 1. Ini berdasarkan rekomendasi teman dan pemilik warung tempat kami makan siang sebelum sampai ke lokasi. Karena kami datang bukan di musim liburan jadi bebas memilih kamar. Bertarif 350rb dengan fasilitas air panas dan dapat teh tiap pagi dan sore. Kasurnya ada dua, tiap kasur ada 2 bantal, berarti kalau sekamar bisa diisi berempat masing-masing orang bisa urunan 87500 per malam. Cukup terjangkau lah ya buat mahasiswa yang pengen mbolang sama teman-teman.What to Do
Untuk mengitari telaga bisa dengan 3 cara, jalan kaki sendiri atau naik kuda atau naik speedboat. Setelah mikir-mikir kalau speedboat bisa basah dan makin membeku saya minta naik kuda aja, tentunya bersama Aito.
Tarif naik kuda atau naik boat 60ribu sekali putar, atau 150ribu untuk 3 kali putar. Ini adalah win-win solution sekaligus mencoba pengalaman baru bagi saya yang belum pernah menunggang kuda. Karena kalau muter sendiri total jarak yang ditempuh adalah 3 kilometer, kayaknya gempor deh.
Dengan bayangan naik kuda itu gampang ternyata salah. Hasyem, brarti diapusi film. Nyatanya, begitu kaki naik ke sadel dan pantat mendarat di pelana, saya langsung gemeteran. Ternyata lebih ngeri dari naik pohon jambu jaman kecil. Bapak pawang kudanya seolah bisa baca pikiran saya, 'bu, sante aja jangan kaku ya, ikutin aja kudanya bergerak'.
Apalagi pas kuda mulai jalan, gleyot-gleyot gimana gitu. Terus terang agak parno kalo ini kuda tiba-tiba menggila dan lari gimana? Tapi alhamdulillah sampai selesai muterin telaga kita berdua baik-baik aja. Yes, we did it!
Jika menginap, jangan lupa sempatkan jalan-jalan di pagi hari, ada pasar yang menjual buah-buahan dan sayuran segar yang pasti bikin ngiler. Saya sih pengen banget beli pete bergelantungan, tapi karena ga bisa dimasak dalam waktu dekat karena ga langsung pulang dari Sarangan ini, alhasil cuma bisa menelan ludah deh T_T.
Pasar Pagi di Sarangan |
What to Eat
Bumbunya belum dituang uda dipoto, wkwk (dok pribadi) |
Yang paling terkenal dan paling gampang ditemukan ya sate kelinci, rasanya mirip daging ayam tapi buat saya lebih enak dan lebih lembut daging kelinci. Nyikmat banget disantap pake ketupat dan saos kacang yang pedes gurih.
Masakan lain tentu aja nasi rawon, namanya juga main di jawa timur, kalo ga makan nasi rawon ga afdhol, karena sampai di Semarang nemu rawon yang legit kaya gitu pasti sulit.
Soal cemilan, di sekitar telaga banyak pedagang asongan yang menawarkan jagung godog, brem, bakso kuah, juga ada buah strawberry.
Souvenirs
Buah tangan sih pada umumnya sama aja di tempat wisata manapun cuma beda tulisannya. Beberapa kios menjual gantungan kunci dan pernak-pernik kecil, pakaian, dan aksesoris rajut yang bertuliskan Telaga Sarangan.
Kesan
Meski hanya 1 hari 1 malam kami di Telaga Sarangan, tapi saya merasa jatuh cinta dengan alamnya, terutama pemandangan gunung Lawu. Memandangnya bikin saya keingetan gambar Macchu Pichu, mungkin malah bagusan gunung Lawu ya apalagi di negeri sendiri.
Masyarakatnya juga ramah dan tidak begitu memaksa wisatawan untuk membeli dagangan, ya meski ada 1-2 yang ditolak tapi tetep usaha, ga salah juga kan. Yang penting kita tetep senyum sopan sembari bilang engga.
Saat kami datang ada beberapa jalan sekitar telaga yang sedang diperbaiki tapi selain itu lokasi nampak bersih, malah ada spanduk bertuliskan 'percuma ganteng/cantik kalau masih buang sampah sembarangan', good job!
Pesan buat yang pengen ke telaga Sarangan
Untuk yang mau menjelajah Telaga Sarangan lebih baik hindari musim hujan, karena jalan bisa sangat licin. Tapi kami juga datang di bulan yang curah hujannya tinggi, jadi kalau bisanya pas itu ya gpp, berangkatlah saat hari terang dan pastikan kendaraan prima. Berhentilah di warung kalau hujan terlalu deras sambil mengamati alam sekitar, karena sepanjang rute masuk juga sangat indah.
Kalau tidak tahan dingin gunakan pakaian yang berbahan wol, bisa baju biasa lalu dilapisi sweater/ winter jacket. Jangan heran dengan penduduk sekitar yang kelihatannya cuek berkaos aja. Mereka sudah terbiasa, tapi bagi penduduk dataran rendah ada baiknya antisipasi ketimbang masuk angin lalu mengacaukan liburan.
Soal makanan ga usah bingung, asal bawa uang di sana banyak warung yang buka. Pilih warung yang mencantumkan harga, atau bertanyalah dulu sebelum membeli. Dan belilah sebelum jam 8 malam karena kalau ga musim liburan akan sulit menemukan warung makan yang masih stand by lewat jam segitu.
Siapa yang pernah ke telaga Sarangan ayo berbagi ceritamu di kolom komentar ya.
Mohon maaf yang memasukkan link hidup dihapus otomatis ya.
Salam Blogging!
Jadi geli sendiri waktu cerita naik kuda, tapi pengen juga sih meskipun pasti juga gemeteran hihi
Jadi pengen..
titip link relvan ya pariwisata.gunadarma.ac.id